TUC0GUAlGSY6Gpz8TUGoGUC8TY==
  • Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh

Kembangkan LKS Digital untuk Gen Z yang Mudah Bosan dan Ingin Serba Visual

Featured Image

Pendekatan Pendidikan yang Inovatif untuk Generasi Z

SMA Plus Muthahhari Bandung mencoba menghadapi tantangan dalam pendidikan Generasi Z, yang dikenal mudah bosan, akrab dengan teknologi digital, dan lebih menyukai pengajaran visual. Untuk menjawab hal ini, sekolah ini memperkenalkan metode belajar yang kreatif dan interaktif, yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis gamifikasi, storytelling, emotional design, serta Augmented Reality (AR). Inovasi ini diwujudkan melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang digagas oleh dosen Universitas Presiden.

Program PKM berlangsung pada 19–20 September 2025 dan melibatkan 16 guru dari SMA Plus Muthahhari. Dari kegiatan tersebut, lahir enam LKS digital interaktif yang melebihi target awal sebanyak lima produk. Ketua tim PKM, Remandhia Mulcki, menjelaskan bahwa inovasi ini dirancang untuk menyesuaikan dengan kebutuhan belajar generasi digital native. "Gen Z mudah bosan jika hanya mendengar ceramah. Mereka terbiasa dengan media visual, interaktif, dan cepat. Oleh karena itu, kami hadirkan media belajar yang sesuai karakter mereka, seperti game, cerita, dan animasi 3D yang bisa dipindai lewat QR Code," ujarnya.

Selama workshop dua hari, para guru berlatih membuat LKS kreatif menggunakan aplikasi Assemblr untuk menyematkan konten AR. Sebanyak 10 guru berhasil menyelesaikan prototipe yang mencakup mata pelajaran Biologi, Sejarah, PPKN, Sosiologi, Bahasa Indonesia, dan Ekonomi. Menurut Remandhia, adanya dukungan antar guru, termasuk dari guru muda kepada senior, mempercepat proses adaptasi. Banyak guru senior yang awalnya kesulitan, tetapi akhirnya mampu beradaptasi berkat bantuan dari rekan muda. Hal ini menciptakan lingkungan peer support yang memperkuat kolaborasi di sekolah.

Setelah pelatihan, LKS diuji coba di tiga kelas. Hasil observasi menunjukkan tingkat kepuasan siswa mencapai 4,3–4,6 dari skala 5. Hampir seluruh siswa merasa pembelajaran menjadi lebih fokus dan menyenangkan. "Biasanya cepat bosan, tapi kali ini seru banget. Ada QR Code dan animasi 3D. Semoga dipakai di pelajaran lain," kata seorang siswa kelas X-2. Reward sederhana berupa cokelat juga meningkatkan minat belajar mereka.

Masih Menghadapi Tantangan

Meski inovasi ini memberikan dampak positif, Kepala Sekolah, Dewi Listia, mengingatkan bahwa masih ada tantangan yang dihadapi. "Anak-anak jadi lebih fokus, lebih kritis, dan mampu memecahkan masalah dengan cara yang menyenangkan," ujarnya. Namun, ia mengatakan bahwa sekolah masih menghadapi perbedaan gaya belajar dan keterbatasan perangkat guru. "Sekolah kami heterogen, baik dari sisi kemampuan maupun gaya belajar siswa. Jumlah kelas tidak besar, tapi guru harus bisa menciptakan lingkungan belajar yang bisa memfasilitasi semua. Dukungan yang paling kami butuhkan adalah perangkat pembelajaran yang sesuai zaman, serta pelatihan guru untuk membuat media interaktif."

Universitas Presiden menargetkan keberlanjutan program hingga akhir 2025, termasuk penyusunan panduan membuat LKS kreatif, produksi lima konten promosi digital, publikasi ilmiah, dan pendaftaran HAKI untuk lima LKS terbaik. "Inovasi ini bukan hanya menghasilkan produk, tapi membangun kapasitas guru. Harapannya LKS kreatif ini bisa masuk kurikulum rutin sekolah," kata Remandhia Mulcki. Ia juga menyampaikan terima kasih atas dukungan hibah Kemendiktisaintek.

Keberlanjutan dan Antusiasme Belajar

Meskipun masih ada keterbatasan perangkat dan variasi desain, program ini terbukti meningkatkan antusiasme belajar siswa dan kompetensi guru. SMA Plus Muthahari kini memiliki modal baru untuk menjawab tuntutan pendidikan era Gen Z. "Belajar seharusnya menyenangkan. Kalau siswa senang, guru juga bahagia," ujar Fransiska Rachel, anggota tim PKM.

Kembangkan LKS Digital untuk Gen Z yang Mudah Bosan dan Ingin Serba Visual

0

0 Komentar untuk "Kembangkan LKS Digital untuk Gen Z yang Mudah Bosan dan Ingin Serba Visual"